Kamis, 03 Maret 2011

Rukyatul Hilal

PEMAHAMAN ULAMA AHLUSSUNNAH MENGENAI RUKYATUL HILAL
Segala puji hanya bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi saw yang berpesan kepada umatnya dalam sabdanya: “bahwa Ulama’ umatku tidak akan sepakat dalam kesesatan, bila kamu melihat perbedaan pendapat diantaramu, ikutilah pendapat mayoritas Ulama“ HR. Ibnu Majah dari Anas Ibnu Malik (Sunan Ibn Majah I/414-415)

Di sini saya hanya MENULISKAN ULANG pemahaman Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah khususnya dalam lingkungan ulama Madzhab Syafi’iyyah mengenai Rukyatul hilal. Tulisan ini tidak ada maksud sedikitpun untuk memperkeruh khilafiah ini, namun hanya untuk menjelaskan secara ahsan. Firman Allah:
أدعوا إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن، إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين (الأية)

DALIL-DALIL RUKYATUL HILAL

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فإن حالت دونه غيابة فأكملوا ثلاثين يوما (رواه الترمذي)
“puasalah kamu sekalian sesudah melihat bulan, dan berhari rayalah setelah melihat bulan pula. Kalau bulan itu tertutup awan, maka sempurnakanlah (bulan yang terdahulu) 30 hari” (HR. Tirmidzi)

Dan dalam Al-Qur’an juga disebutkan:
فمن شهد منكم الشهر فاليصمه (الأية)
“Siapa yang melihat bulan (hilal) maka puasalah...”

Jadi, dalam kaitanya dengan peribadatan, umat islam menggunakan rukyah untuk menentukan awal ataupun akhirnya suatu ibadah, seperti puasa atau haji atau ibadah lainya.

Kalangan Hanafiah, Malikiah, Syafi’iyyah dan Hanabilah sepakat, bahwa hisab tidak dapat dijadikan dasar untuk itsbat (penetapan) awal Ramadhan

Wallohu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar